Pemuda itu merenung. Dengan keberanian yang didasari rasa ingin tahu pemuda itu melanjutkan pertanyaannya.” Kalau saya tidak salah ,anak yang di Singapore tadi , putra yang kedua ya bu??Bagaimana dengan kakak adik-adik nya??”” Oh ya tentu ” si Ibu bercerita :”Anak saya yang ketiga seorang dokter di Bandung, yang keempat kerja di perkebunan sawit di Jambi, yang kelima menjadi arsitek di Jakarta, yang keenam menjadi kepala cabang bank di Purwokerto, yang ke tujuh menjadi Dosen di Semarang.””
Pemuda tadi diam, hebat ibu ini, bisa mendidik anak-anaknya dengan sangat baik, dari anak kedua sampai ke tujuh. ” Terus bagaimana dengan anak pertama ibu ??”Sambil menghela napas panjang, ibu itu menjawab, ” anak saya yang pertama menjadi petani di Godean Jogja nak”. Dia menggarap sawahnya sendiri yang tidak terlalu lebar.”
Pemuda itu segera menyahut, “Maaf ya Bu….. kalau ibu agak kecewa ya dengan anak pertama ibu, adik-adiknya berpendidikan tinggi dan sukses di pekerjaannya, sedang dia menjadi petani ??? “
….Dengan tersenyum ibu itu menjawab,
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena walaupun dia miskin ,dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertaninya ”
Orang bijak berbicara:
” Ooo …tidak tidak begitu nak….Justru saya sangat bangga dengan anak pertama saya, karena walaupun dia miskin ,dialah yang membiayai sekolah semua adik-adiknya dari hasil dia bertaninya ”
Orang bijak berbicara:
“Hal yang paling penting adalah bukanlah SIAPAKAH KAMU tetapi APA YANG SUDAH KAMU LAKUKAN ”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar